Selasa, 11 Oktober 2016

Ajat Zatnika : Contextual Teaching & Learning



BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dan sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi dan mendewasakan siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya, dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan normal serta akan menimbulkan perubahan dalam dirinya sehingga ia dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai manusia dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan berarti mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuannya, nilai serta sikapnya, dan keterampilannya. Yaitu sebagai pewaris kebudayaan dari generasi tua ke generasi muda, agar hidup masyarakat tetap berlanjut. Namun dalam perkembangan sekarang ini masalah pendidikan terlihat agak dikebelakangkan dan lebih ditonjolkan kepada masalah pembelajaran.
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik yaitu pembelajaran harus lebih menekankan pada praktek, guru harus mampu memilih serta menggunakan strategi dan metode pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mempraktekkan apa yang dipelajari, juga perlu ditekankan pada masalah-masalah aktual yang secara langsung berkaitan dengan kehidupan nyata yang ada di masyarakat. Dengan mengkombinasikan unsur-unsur manusiawi, materinya, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Materi meliputi buku-buku, papan tulis, fotografi, slide dan film, audio dan vidio tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas, dan perlengkapan audio visual. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek, belajar, ujian dan sebagainya.
Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi saja dianggap gagal dalam menghasilkan peserta didik yang aktif kreatif dan inovatif. Peserta didik berhasil “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali peserta didik memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Oleh karena itu perlu ada perubahan pendekatan yang lebih bermakna sehingga dapat membekali peserta didik dalam menghadapi permasalahan hidup yang dihadapi sekarang maupun yang akan datang. Pendekatan pembelajaran yang cocok untuk hal di atas adalah pembelajaran kontekstual (CTL).
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menitikberatkan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Pendekatan kontekstual (CTL) merupakan konsep belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik jikalingkungan diciptakan secara alamiah, artinya belajar akan lebih bermakna jika anak “belajar” dan “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekedar “mengetahuinya”. Pembelajaran tidak hanya sekedar kegiatan menstransfer pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi bagaimana siswa mampu memaknai apa yang dipelajari itu. Oleh karena itu, strategi pembelajaran lebih utama dari sekedar hasil.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
Dalam pembelajaran ini siswa didorong untuk mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya dan bagaimana mencapainya. Dengan demikian mereka akan memosisikan dirinya sebagai fihak yang memerlukan bekal untuk hidupnya nanti dan pengetahuan atau ketrampilan itu akan ditemukan oleh siswa itu sendiri bukan apa kata guru. Karena pentingnya sebuah pengetahuan terletak pada kegunaannya, pada penguasaan kita terhadap pengetahuan itu. Dengan kata lain adalah sesuatu yang berurusan dengan penanganan pengetahuan, pemilihan pengetahuan untuk menetapkan hal-hal yang relevan dan penerapannya untuk nilai dari pengalaman langsung kita.
Pembelajaran tidak hanya menekankan penguasaan menghafalkan fakta, angka, nama, tanggal, tempat dan kejadian yang dipelajari secara terpisah-pisah. Satu nama lain tapi justru hubungan antara bagian-bagian tersebutlah yaitu konteksnya yang memberikan makna. Semakin banyak keterkaitan yang ditemukan siswa dalam konteks yang luas, semakin bermaknalah isinya bagi mereka. Jadi, sebagian besar tugas guru adalah menyediakan konteks. Semakin mampu para siswa mengaitkan pelajaran-pelajaran akademik mereka dengan konteks ini, semakin banyak makna yang akan mereka peroleh dan akan menuntun pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.


BAB II
KONSEP PEMBELAJARAN CTL
(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)


A.      Pengertian Pembelajaran CTL
Majunya perkembangan zaman modern seperti sekarang ini, pembelajaran Contextual Teaching and Learning merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang banyak dibicarakan orang, dengan menganggap bahwa CTL adalah “mukanya” Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yakni merupakan salah satu pendekatan yang dapat diandalkan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan KBK. CTL merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih memperhatikan karakteristik siswa atau daerah tempat pembelajaran. Aplikasi pendekatan CTL bermula dari penelitian John Dewey pada tahun 1916 yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik bila apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya. Maka pendekatan kontekstual atau lebih terkenal dengan sebutan Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata siswa, yang dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan para siswa sebagai anggota keluarga dan masyarkat.
Beberapa pengertian pembelajaran kontekstual menurut para ahli pendidikan adalah sebagai berikut:
a.       Johnson mengartikan pembelajaran kontekstual adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya.
b.      The Washington State Consortium For Contextual Teaching and Learning mengartikan pembelajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan di luar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalam dunia nyata. Pembelajaran kontekstual terjadi ketika siswa menerapkan dan mengalami apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah riil yang berasosiasi dengan peranan dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, siswa, dan selaku pekerja.
c.       Center on education and work at the university of wisconsion madison mengartikan pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep belajar mengajar yang membantu guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan pekerja serta meminta ketekunan belajar.
Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami.
1.      CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
2.      CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan hanya bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional. Akan tetapi materi yang dipelajariya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
3.      CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran tersebut dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.
Berangkat dari tiga hal di atas diharapkan hasil pembelajaran akan lebih bermakna. Proses pembelajarannya akan berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Yakni tidak hanya sekedar menghafalkan ilmu-ilmu atau pengetahuan yang diberikan tapi siswa harus mengkontruksikan pengetahuan di benak mereka dan mengalami sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru dan dengan dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
Dalam pembelajaran yang bersifat konstekstual ini, siswa didorong untuk mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya dan bagaimana mencapainya. Diharapkan mereka sadar bahwa apa yang mereka pelajari itu berguna bagi hidupnya. Dengan demikian mereka akan memosisikan dirinya sebagai pihak yang memerlukan bekal untuk hidupnya nanti.  Dengan menggunakan pendekatan CTL dalam proses belajar mengajar akan mampu mendorong siswa agar tau akan pentingnya ilmu pengetahuan sehingga dapat menumbuhkan minat siswa untuk mau terus belajar.
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut :
1.      Proses belajar
-          Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan di benak mereka.
-          Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
-          Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
-          Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
-          Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
-          Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
2.      Transfer Belajar
-          Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
-          Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
-          Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu
3.      Siswa sebagai Pembelajar
-          Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
-          Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
-          Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.
-          Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
4.      Pentingnya Lingkungan Belajar
-          Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
-          Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
-          Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
-          Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
B.       Materi-materi Pembelajaran CTL
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning menempatkan siswa di dalam sebuah konteks yang mengandung makna dan menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individu siswa dan peranan guru. Dengan ini maka materi pembelajaran Contextual Teaching and Learning harus menekankan kepada hal-hal sebagai berikut:
a.      Belajar berbasis masalah (problem based learning)
Adalah pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran materi berbasis masalah ini meliputi: (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial), tetapi masalah yang akan diselidiki telah dipilih yang benar-benarnyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak sudut pandang mata pelajaran yang lain.
b.      Pengajaran autentik (autentik instruction)
Yaitu pengajaran yang mengajak siswa untuk mempelajari konteks bermakna, sesuai dengan kehidupan nyata. Pengajaran ini berupa belajar berenang dengan berenang, belajar bernyanyi dengan bernyanyi, belajar berdagang dengan berdagang dan lain-lain.
c.       Belajar berbasis inquiri (inquiry based learning)
Dengan strategi pengajaran yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna. Belajar bukanlah kegiatan mengkonsumsi melainkan kegiatan memproduksi dengan mengetahui apa kebutuhan dan keingintahuannya dan mencari sendiri jawabannya.
Dalam pembelajaran dengan inkuiri ini siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Belajar dengan penemuan memacu keinginan siswa untuk mengetahui dan memotivasi mereka. Karena inquiri merupakan proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman dengan siswa belajar menggunakan ketrampilan berfikir kritis.
d.      Belajar berbasis proyek atau tugas (project based learning)
Dengan pendekatan pembelajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan dan pendalaman materi dari suatu topic mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya dengan maksud mengajak siswa bekerja secara mandiri dalam mengontruk (membentuk) pembelajarannya.
Proyek membantu siswa untuk melibatkan keseluruhan mental dan fisik, saraf, indra, termasuk kecakapan sosial dengan melakukan banyak hal sekaligus. Hal ini akan mengembangkan otak kanan maupun kiri dengan pesat.
e.       Belajar berbasis kerja (work based learning)
Menurut Smith:
Pengajaran berbasis kerja (work-based learning) memerlukan pendekatan pengajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut digunakan dalam tempat kerja yang dipadukan dengan materi pelajaran untuk kepentingan siswa.

Pengajaran berbasis kerja menganjurkan tentang peran model pengajaran dan pembelajaran yang efektif kepada aktifitas sehari-hari di kelas, baik dengan cara melibatkan siswa dalam tugas-tugas kompleks maupun membantu mereka mengatasi tugas-tugas tersebut dan melibatkan siswa dalam kelompok pembelajaran yang lebih pandaimembantu siswa yang kurang pandai dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks tersebut.
f.       Belajar berbasis jasa layanan
Pengajaran berbasis jasa layanan (service learning) memerlukan penggunaan metodologi pengajaran yang mengkombinasikan antara jasa layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk merefleksikan jasa layanan tersebut.
Pembelajaran ini berpijak pada pemikiran bahwa semua kegiatan kehidupan dijiwai oleh kemampuan melayani. Dalam industri modern, kata kunci yang digunakan adalah layanan yang diberikan dengan baik. Karenanya sejak usia dini siswa telah dibiasakan untuk dapat melayani orang lain. Misalkan layanan kepada bencana alam, membantu panti asuhan, membantu teman yang dapat musibah, dan lain-lain.
g.      Belajar kooperatif (cooperative learning)
Hulubec menyatakan bahwa: “dalam pembelajarannya memerlukan pendekatan melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar”.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan antar siswa.
Dengan ini setiap materi pelajaran yang disampaikan dalam proses pembelajaran akan dapat disampaikan kepada peserta didik dengan berbagai cara atau model penyampaian sehingga akan selalu melekat dalam ingatannya dan mampu ia praktekkan dalam kehidupannya.

C.      Tujuan Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)
Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL mampu menumbuhkan minat siswa dalam menghubungkan mata pelajaran akademik dengan dunia nyata dengan cara yang bermakna dan membantu semua siswa belajar karena sistem pendidikan ini cocok dengan fungsi otak dan cara kerja alam.
Jika otak hanya belajar mengutip, dan berlatih, ngebut sebelum ujian, maka dalam waktu empat belas sampai 10 jam, otak akan melupakan sebagian besar informasi baru tersebut, kecuali jika informasi itu memiliki makna. Proses elajar CTL yang aktif dan langsung memungkinkan siswa membangun keterkaitan yang benar-benar mengisi pekerjaan sekolah mereka dengan makna. Karena makna tersebut maka siswa menguasai apa yang mereka pelajari. Siswa boleh membangun keterkaitan dengan berbagai cara. Inti dari keterkaitan tersebut adalah untuk menarik minat dan menantang para siswa agar mereka melihat makna dalam pelajaran mereka dan oleh karena itu termotivasi untuk mencapai akademik yang tinggi.
Perhatian khusus juga harus diberikan pada bagaimana nalar dan sikap siswa dapat terbentuk serta kemampuan menerapkan pembelajaran akan merupakan penopang penting terbentuknya kemampuan siswa untuk memecahkan masalah yang mungkin dihadapinya.
Tujuan pendidikan merupakan inti dalam pendidikan dan saripati dari seluruh renungan pedagogis. Oleh karena itu, suatu rumusan tujuan pendidikan akan tepat bila sesuai dengan fungsinya. Pendidikan sebagai suatu usaha meningkatkan daya pikir anak didik pasti mengalami permulaan dan mengalami kesudahannya.
Maka Contextual Teaching and Learning bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui peningkatan pemahaman makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkn antara materi yang dipelajari dengan kontek kehidupan mereka sehari-hari sehingga menghasilkan manusia unggul partisipatoris, yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya karena telah terbiasa melakukan interaksi dengan siapa yang dimaksud dengan keunggulan partisipatoris artinya manusia unggul yang ikut serta secara aktif dalam persaingan yang sehat untuk mencari yang terbaik”.
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual ini jika dilaksanakan secara tepat dan benar akan menghasilkan peserta didik yang mampu memahami dan memaknai sebuah peristiwa. Bagaimanapun tujuan pembelajaran pada saat ini adalah menuntut agar peserta didik setiap saat dapat memahami lingkungannya dengan terlebih dahulu memahami diri dan memiliki kesadaran diri.
Dimensi sosiologi pendidikan dalam pendekatan kontekstual akan menjamin kemampuan anak didik untuk lebih terampil dan siap menghadapi berbagai tantangan dan masalah yang akan dihadapi, dan pada sisi yang lain diharapkan anak didik mampu mencari pemecahannya melalui berbagai alternatif solusi sebagai buah dari proses berfikirnya.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL akan mampu menghasilkan generasi bangsa yang handal, mampu meningkatkan sumber daya manusia sesuai dengan perkembangan zaman.
D.      Langkah-langkah Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Sesuai dengan asumsi yang mendasarinya, bahwa pengetahuan diperoleh anak bukan dari informasi yang diberikan oleh orang lain termasuk guru, akan tetapi proses menemukan dan mengkontruksikannya sendiri, maka guru harus menghindarti mengajar sebagai proses penyampaian informasi saja. Tapi guru perlu memandang siswa sebagai subjek belajar dengan segala keunikannya. Siswa adalah organisme yang aktif yang memiliki potensi untuk membangun pengetahuannya sendiri. Kalaupun guru memberi informasi kepada siswa, guru harus memberi kesempatan untuk menggali informasi itu agar lebih bermakna untuk kehidupan mereka.
Maka pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan tujuh langkah pembelajaran diantaranya yaitu:
a.      Kontruktivisme
Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
Menurut kontruktivisme, pengetahun itu memang berasal dari luar akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan dibentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterprestasikan objek tersebut.
Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar.
Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Tapi guru perlu memotivasi siswa menggunakan tehnik yang kritis untuk mengaplikasikan konsep-konsep yang bermakna bagi dirinya, disamping pemahaman ilmu dalam bidang-bidang tertentu perlu dilatihkan penalaran-penalaran berfikir kritis, mengidentifikasi masalah dan penyelesaian masalah. Maka langkah yang dilakukan siswa dalam pembelajaran ini adalah:
-          Siswa belajar sedikit demi sedikit dari konteks terbatas.
-          Siswa mengkonstruk sendiri pemahamannya.
-          Pemahaman yang mendalam diperoleh melalui pengalaman belajar yang bermakna.
b.      Inkuiri
Inkuiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta dari hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan ini dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Dengan proses ini siswa akan berkembang secara utuh baik dari segi intelektual, mental, emosional, maupun pribadinya.
Piaget mengemukakan bahwa inquiri merupakan metode belajar yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain.
Dengan kata lain guru bertindak sebagai fasilitator, nara sumber, dan penyuluh kelompok. Para siswa didorong untuk mencari pengetahuan sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan, tapi bagaimana siswa mengetahui cara untuk mencapai gerakan kearah pemuatan keputusan kelompok.
Dari proses pembelajaran ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)      Dengan merumuskan masalah.
2)      Mengamati atau melakukan observasi, termasuk membaca buku-buku, dan mengumpulkan informasi.
3)      Menganalisis dan menyajikan hasil karya dalam tulisan, laporan, gambar, tabel dan lainnya.
4)      Menyajikan, mengomunikasikan hasil karyanya di depan guru, teman sekelas atau audien yang lain.
c.       Bertanya (Questioning)
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat digunakan untuk menggali informasi, mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon siswa, menginformasikan apa yang sudah diketahui siswa, menyegarkan kembali pengetahuan siswa, dan mengarahkannya. Proses bertanya juga mengakibatkan ekspansi (perluasan) dalam ilmu pengetahuan. Hampir di semua aktivitas belajar, bertanya diterapkan baik antar siswa, antara siswa dan guru, dan sebagainya. Penerapannya dalam kelas ketika siswa berdiskusi, melakukan kerja kelompok, dan mengamati. Hal itu akan bermanfaat dalam masyarakat belajar yang didapatkan dari kerjasama dengan orang lain.
d.      Masyarakat Belajar (Learning Community)
Dalam masyarakat belajar, hasil pembelajaran dapat diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Yaitu diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok dan antar mereka dari yang tahu ke yang belum tahu. Dengan cara berbicara dan berbagi pengalaman, bekerjasama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik dibandingkan dengan belajar sendiri.
Kegiatan belajar ini bisa terjadi jika tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa seganuntuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, semuanya saling mendengarkan.
Dengan cara guru selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang siswanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberitahu yang belum tahu, yang cepat mendorong temannya yang lambat yang punya gagasan segera memberi usul dan seterusnya.
“Masyarakat belajar” bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Yaitu ada dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Seorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.
e.       Pemodelan (Modeling)
Pemodelan diartikan dalam sebuah pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang diinginkan guru agar siswanya melakukan. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. Dengan cara mengoprasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olahraga, contoh karya tulis, cara melafalkan bahasa Inggris, cara merancang peta daerah, cara guru biologi mendemonstrasikan penggunaan thermometer suhu badan dan sebagainya. Dengan begitu guru memberi model tentang bagaimana cara belajar.
Dalam pembelajaran ini guru bukan satu-satunya model. Model dapat dilakukan dengan melibatkan siswa. Seorang siswa yang bakat dalam membaca puisi bisa ditunjuk untuk memberi contoh temennya cara melafalkan suatu kata. Inilah yang dikatakan sebagai model.
f.       Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir atau perenungan tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Dalam refleksi ini siswa mengendapkan apa-apa yang baru saja dipelajari sebagai struktur pengetahuan. Yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi daripengetahuan sebelumnya yaitu dengan menyisakan waktu pada akhir pembelajaran untuk memberikan kesempatan bagi para siswa melakukan refleksi. Perwujudannya dapat berupa:
1)      Pernyataan langsung siswa tentang apa-apa yang diperoleh setelah melakukan pembelajaran.
2)      Catatan atau jurnal di buku siswa.
3)      Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu.
4)      Diskusi.
5)      Hasil karya.
g.      Penilaian yang sebenarnya (autentic assessment)
Autentic assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang dilakukan melalui kegiatan penilaian untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran tidak hanya menekankan pada hasil, tapi juga proses dengan membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn) sesuatu melalui berbagai cara. Karakteristik assessment dilaksanakan selama dan sesudah pembelajaran berlangsung, mengukur ketrampilan dan performansi, bukan sekedar mengingat fakta, berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai feed back.
Sasaran penilaian sebagai dasar menilai prestasi siswa dalam bentuk Proyek / kegiatan dan laporannya, Pekerjaan Rumah, Kuis, Karya siswa, Presentasi atau penampilan siswa, Demonstrasi, Laporan, Jurnal, Hasil Tes tertulis, dan Karya Tulis.
Maka langkah-langkah pendidikan CTL ini akan mampu menciptakan mutu peserta didik sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh setiap lembaga pendidikan, karena model pembelajaran ini relevan dengan kegiatan pembelajaran di dalam KBK dan KTSP sekarang ini.
E.       Kelebihan & Kelemahan Contextual Teaching and Learning
a.      Kelebihan:
1)      Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
2)      Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
b.      Kelemahan:
1)      Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
2)      Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
F.       Karakteristik Pembelajaran  CTL
1.         Kerjasama
2.         Saling menunjang
3.         Menyenangkan, tidak membosankan
4.         Belajar dengan bergairah
5.         Pembelajaran terintegrasi
6.         Menggunakan berbagai sumber
7.         Siswa aktif
8.         Sharing dengan teman
9.         Siswa kritis guru kreatif
10.     Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
11.     Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain
G.      Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional
Pendekatan CTL
Pendekatan Tradisional
Siswa aktif terlibat
Siswa penerima informasi
Belajar dengan kerja
Belajar individual
Berkait dengan kehidupan nyata
Abstrak dan teoritis
Perilaku dibangun atas kesadaran diri
Perilaku dibangun atas kebiasaan
Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman
Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan
Memperoleh kepuasan diri
Memperoleh pujian dan nilai saja
Kesadaran tidak melakukan yang jelak tumbuh dari dalam
Tidak melakukan yang jelek karena takut hukuman
Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, digunakan dalam kontek nyata
Bahasa diajarkan dengan pendekatan Struktural, kemudian dilatihkan
Pemahaman rumus dikembangkan atas dasar skemata yang sudah ada dalam diri siswa
Rumus ada di luar diri siswa, yang harus diterangkan, diterima, dihafalkan, dan dilatihkan
Pemahaman rumus relatif berbeda
Rumus adalah kebenaran absolut
Siswa aktif, kritis bergelut dengan ide
Siswa pasif hanya menerima tanpa kontribusi ide
Pengetahuan dibangun dari kebermaknaan
Pengetahuan ditangkap dari fakta, konsep, atau hukum
Pengetahuan selalu berkembang sejalan dengan fenomena baru
Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final
Siswa bertanggungjawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran
Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran
Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan
Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa
Hasil belajar diukur dengan prinsip Alternative Assessment
Hasil belajar diukur dengan tes
Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks, dan setting
Pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas
Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek
Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek
Perilaku baik berdasar motivasi instrinsik
Perilaku baik berdasar motivasi akstrinsik
Berperilaku baik karena dia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat
Berperilaku baik karena terbiasa melakukan begitu, dan karena mendapat hadiah



BAB III
PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SEKOLAH


A.      Pola dan Tahapan Pembelajaran CTL di Sekolah
Untuk lebih memahami bagaimana mengaplikasikan CTL dalam proses pembelajaran di sekolah, maka terlebih dahulu penyusun menyam-paikan Pola pembelajaran CTL di sekolah.
Untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan guru dapat melakukan langkah pembelajaran sebagai berikut :
1.      Pendahuluan
a.       Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
b.      Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL misalnya :
1)      Peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah peserta didik;
2)      Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya kelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke obyek A, sedangkan 3 dan 4 melakukan observasi ke obyek B, dan seterusnya.\
3)      Melalui observasi peserta didik ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan dalam kegiatan observasi tersebut.
c.       Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap peserta didik.
2.      Inti
Lokasi pembelajaran : Di lapangan (Lokasi Obyek Pengamatan )
a.       Peserta didik melakukan observasi ke lokasi atau obyek pengamatan sesuai dengan pembagian kelompok.
b.      Peserta didik mencatat hal-hal yang mereka temukan di lokasi atau obyek pengamatan sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya ( untuk peserta didik pada tingkatan bawah dapat dibantu dalam menyiapkan alat observasi )
Lokasi pembelajaran : Di dalam Kelas
a.       Peserta didik mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
b.      Peserta didik melaporkan hasil diskusi
c.       Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain
3.      Penutup
a.       Dengan bantuan guru peserta didik menyimpulkan hasil observasi.
b.      Guru menugaskan peserta didik untuk membuat tulisan atau rangkuman mengenai hasil observasi mereka.
B.       Aplikasi CTL Pada Mata Pelajaran IPS
Pada makalah ini penyusun mencoba menjelaskan juga tentang contoh aplikasi CTL pada mata pelajaran IPS untuk tingkat pendidikan SD kelas IV semester 1 dan tingkat pendidikan SMP/MTs kelas VII semester 1 sebagai berikut :
1.      Kelas IV, semester 1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
2.    Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi
2.1    Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi di daerahnya.
2.2    Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
2.3    Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya.
2.4    Mengenal permasalahan sosial di daerahnya
Contoh langkah pembelajarannya adalah :
a.       Pendahuluan
1)      Guru menjelaskan standar kompetensi yang harus dicapai yaitu Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kab/kota dam prov. dan manfaat mempelajari dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
2)      Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL misalnya :
-          Peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah peserta didik; misalnya siswa 36 dibagi dalam 6 kelompok setiap kelompok terdiri dari 6 orang.
-          Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya kelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke obyek aktivitas ekonomi di sekitar sekolah, sedangkan 3 dan 4 melakukan observasi ke obyek sumber daya alam dan potensi ekonomi di sekitar sekolah, kelompok 5 dan 6 melakukan observasi ke obyek koperasi di sekitar sekolah (KUD, Koperasi Pegawai, atau Koperasi Sekolah)
-          Melalui observasi peserta didik ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan dalam kegiatan observasi yang telah ditentukan dengan mengisikannya pada format panduan yang telah disediakan guru.
3)      Guru menyediakan /memberikan format panduan pengamatan sesuai dengan materi pengamatan kelompok siswa.
4)      Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas dan kegiatan observasi yang harus dikerjakan oleh setiap peserta didik di lingkungan obyek pengamatan tersebut.
b.      Inti
Kegiatan di Lokasi (Obyek Pengamatan)
1)      Peserta didik melakukan observasi ke lokasi atau obyek pengamatan sesuai dengan pembagian kelompok.
2)      Peserta didik mencatat hal-hal yang mereka temukan di lokasi atau obyek pengamatan sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya ( untuk peserta didik pada tingkatan bawah dapat dibantu dalam menyiapkan alat observasi)
3)      Guru mengamati kinerja masing-masing kelompok dan membimbing apabila ada kelompok yang mengalami kesulitan.
4)      Guru membimbing siswa kembali ke kelas dengan tertib sesuai waktu yang ditentukan.
Kegiatan di dalam Kelas ( setelah pengamatan selesai dilakukan )
1)      Peserta didik mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing (dikusi kelompok).
2)      Guru memimpin pembukaan diskusi kelas dan menyampaikan peraturan dan tata tertib diskusi agar kegiatan berjalan dengan lancar dan tertib.
3)      Guru mengatur jadwal waktu dan pembagian kelompok yang melaksanakan tugas presentasi hasil pengamatan.
4)      Peserta didik melaporkan hasil diskusi di depan kelas
5)      Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain
c.       Penutup
1)      Dengan bantuan guru peserta didik menyimpulkan hasil observasi.
2)      Guru menugaskan peserta didik untuk membuat tulisan atau rangkuman mengenai hasil observasi mereka.
2.      Kelas VII, semester 1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
3.    Memahami usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan
3.1    Mendeskripsikan manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi yang bermoral dalam memenuhi kebutuhan.
3.2    Mengidentifikasi tindakan ekonomi berdasarkan motif dan prinsip ekonomi dalam berbagai kegiatan sehari-hari
Contoh langkah pembelajarannya adalah :
a.       Pendahuluan
1)      Guru menjelaskan kompetensi “Memahami usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan” yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
2)      Guru menjelaskan pengertian manusia sebagai makhlug sosial (homo socius) dan makhlug ekonomi (berusaha mencukupi kebutuhannya)
3)      Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL misalnya :
-          Peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah peserta didik;
-          Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi di lingkungan sekitar sekolah, misalnya kelompok 1 dan 2 melakukan observasi tentang manusia sebagai makhluk sosial, sedangkan 3 dan 4 melakukan observasi tentang manusia sebagai makhlug ekonomi, kelompok 5 dan 6 mengobservai tentang motif ekonomi manusia.
-          Melalui observasi peserta didik ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan dalam kegiatan observasi tersebut.
4)      Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap peserta didik.
5)      Guru mengamati kinerja siswa dalam kegiatan observasi untuk memastikan keberlangsungan proses pembelajaran dengan baik.
b.      Inti
Lokasi pembelajaran : Di lapangan (Lokasi Obyek Pengamatan)
1)      Peserta didik melakukan observasi ke lokasi atau obyek pengamatan sesuai dengan pembagian kelompok tersebut.
2)      Peserta didik mencatat hal-hal yang mereka temukan di lokasi atau obyek pengamatan sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya (untuk peserta didik pada tingkatan bawah dapat dibantu dalam menyiapkan alat observasi)
3)      Peserta dapat berkonsultasi dengan guru apabila mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas observasi.
Lokasi pembelajaran : Di dalam Kelas
1)      Peserta didik berkumpul dalam kelompok kecil dan mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan tugas masing-masing.
2)      Peserta didik melaporkan hasil diskusi (kelompok besar) dalam kelas
3)      Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain
4)      Apabila mengalami kesulitan guru dapat menjembatani dan membantu agar terjadi interaksi antar peserta didik secara baik dan diskusi berjalan sesuai jadwal yang ditentukan.
5)      Guru menilai interaksi tanya jawab dan kerjasama antar kelompok untuk menilai secara kognisi maupun afeksi siswa dalam pembelajaran.
c.       Penutup
1)      Dengan bantuan guru peserta didik menyimpulkan hasil observasi.
2)      Guru menugaskan peserta didik untuk membuat laporan hasil pengamatan dengan sistematika laporan yang baku.

Dengan 2 (dua) contoh tersebut kita mendapatkan pemahaman bahwa CTL adalah pembelajaran tepat dan dapat diterapkan pada pelajaran IPS baik di SD maupun SMP/MTs dengan didukung kreatifitas dan kemauan guru dalam meningkatkan mutu pembelajarannya. Karena CTL menekankan pembelajaran dengan anak mengalami langsung dalam kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat untuk mencatat atau menerima informasi dari guru, akan tetapi kelas digunakan untuk saling membelajarkan.



BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN


A.      Kesimpulan
Dari penjabaran mengenai Contextual Teaching and Learning (CTL) di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Strategi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi nyata sehingga mendorong peserta didik untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka.
2.      CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata.
3.      Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan peserta didik di lapangan.
4.      Ada beberapa perbedaan antara strategi pembelajaran CTL dan konvensional yang membuktikan bahwa CTL lebih efektif dan mampu menjadi alternatif pilihan strategi pembelajaran yang diterapkan guru di sekolah.
5.      Diperlukan pola dan langkah pembelajaran CTL di kelas agar strategi CTL dapat diterapkan secara efektif dan sesuai materi pelajaran yang telah ditetapkan dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).
6.      Strategi pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat diaplikasikan pada mata pelajaran di sekolah baik di tingkat pendidikan SD maupun SMP/MTs.
B.       Saran
Dengan pemahaman tentang Contextual Teaching and Learning (CTL) ini diharapkan guru mata pelajaran dapat menerapkan strategi ini dalam melaksanakan proses belajar mengajar (PBM) di sekolah dan dapat lebih meningkatkan kualitas maupun kuantitas penguasaan materi pelajaran siswa di sekolah yang pada akhirnya mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia sebagaimana tujuan dan fungsi pendidikan nasional.


DAFTAR PUSTAKA



Batubara, Muhyi. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Ciputat Press, 2004.
Direktorat Pembinaan SMP, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Pengembangan Model Pembelajaran yang Efektif Departemen Pendidikan Nasional, 2006.
Gafur Abdul, Mencoba Pembelajaran Kontekstual, Buletin Pusat Perbukuan, Gerakan Masyarakat Mengembangkan Budaya Baca, (Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas, Bagian Proyek Pengembangan Sistem dan Standard Perbukuan Dasar, 2003.
Johnson, B Elaine. Contextual Teaching and Learning. Bandung: MLC, 2007. Khaldun, Ibnu. Muqadimah Terj. Ahmadie Thoha. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000.
Kunandar. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Mulyasa. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008.
Nurhadi, et.al. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang, 2003.
Salam, Burhanuddin. Pengantar Paedagogik. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997.
Sanjaya, Wina. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana, 2006.


  Created By : Ajat Zatnika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar