Jumat, 27 Mei 2016

Couching dan Counseling dalam Pembelajaran



COUCHING DAN COUNSELING DALAM PEMBELAJARAN
OLEH : AJAT ZATNIKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah
Kemampuan belajar yang dimiliki manusia  adalah bekal paling penting dalam kehidupannya. Kehidupannya berkembang karena melawati proses belajar di dalamnya. manusia mengalami banyak kemajuan karena belajar. Dalam sebuah masyarakat  proses belajar terdapat dalam lembaga yang bernama sekolah. Sekolah adalah lembaga pendidikan yang bertugas memberikan keterampilan dan kecakapan hidup kepada seluruh masyarakat. Seluruh siswa yang merupakan bagian dari masyarakat belajar di lembaga sekolah tersebut. Bagaimanapun corak dan program pendidikan sekolah semua berpusat pada aktivitas belajar siswa. Belajar inilah yang perlu direncanakan,dituntun dan dievaluasi hasilnya. Belajar merupakan proses yang tidak dapat segera terlihat hasilnya, tanpa seseorang tersebut menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar. Maka berdasarkan perilaku yang disaksikan dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang tersebut telah belajar.
Dalam proses belajar mengajar ada dua komponen penting yang harus ada yaitu yang diajar dan yang mengajar. Yang diajar adalah murid dan yang mengajar adalah guru. Guru memegang kunci penting dalam kesuksesan program belajar siswa. Karena guru adalah sebagai agen pembelajaran. Sebagai agen pembelajaran guru harus memiliki kompetensi pedagogis. Kompetensi ini mengandung makna bahwa guru /pendidik sebagai agen pembelajaran tidak hanya memiliki tugas dan tanggung jawab mentransfer pengetahuan kepada anak didiknya melainkan harus mampu mendidik untuk mengembangkan keseluruhan potensi yang dimiliki subjek didik sehingga menjadi anak yang cerdas dan berbudi pekerti luhur. Oleh karena itu guru harus memiliki pemahaman yang memadai tentang perkembangan psikologis dan fisiologis anak didiknya. Perkembangan psikologis dan fisologis yang normal dan baik akan sangat mendukung proses pembelajaran dan pencapaian hasilnya. Sebaliknya hambatan dalam perkembangan pskologis dan fisiologisnya akan menghambat proses pembelajaran dan pencapaian hasilnya.
Dalam proses belajar mengajar daya serap masing masing siswa berbeda beda. Namun ada banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut, ada faktor ekstrinsik dan instrinsik. Faktor ekstrinsik adalah yang berhubungan dengan hal hal eksternal seperti suasana kelas, cara guru menyampaikan,kurang konsentrasi karena ada masalah yang sedang dihadapi. Adapun faktor instrinsik adalah kurang mampunya siswa menyerap mata pelajaran yang diterimanya. Faktor kecepatan dan kelambanan dalam memahami suatu pelajaran adalah faktor instrinsik yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Ada sebuah kondisi dimana seorang anak yang biasanya memiliki nilai tinggi ketika tiba tiba mengalami penurunan nilai akademisnya tanpa sebab yang jelas. Atau ada siswa yang selalu mengalami kesulitan dalam pembelajaran walaupun sudah berkali kali diberi pembelajaran dan penerangan. Guru yang baik harus bisa mengatasi masalah masalah yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar siswa.

Untuk mengatasi masalah masalah yang muncul dalam proses pembelajaran tersebut, baik yang disebabkan oleh faktor instrinsik dan ekstrinsik perlu adanya sebuah coaching dan conselling dalam pembelajaran. Coaching dan conselling diperlukan untuk membimbing dan melatih siswa siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Coaching dan conselling dilakukan oleh guru kepada siswa. Diharapkan dengan adanya program coaching dan conselling para siswa akan mengalami peningkatan mutu belajarnya baik dari sisi kognitif maupun afektif.
2.      Rumusan Masalah
Melihat paparan latar belakang masalah di atas , maka ada beberapa masalah yang bisa dirumuskan , yaitu  :
1.      Bagaimana pengaruh Coaching dan  Counselling dalam efektifitas pembelajaran?
2.      Bagaimana pengaruh Coaching dan  Counselling dalam meningkatkan prestasi belajar pada siswa?
3.      Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengaruh Coaching dan Counselling dalam efektifitas pembelajaran?
2.      Untuk mengetahui pengaruh  Coaching dan Counselling dalam meningkatkan prestasi belajar pada siswa.

BAB II
LANDASAN TEORI
1.        Teori  Coaching
Kata coach berasal dari tahun 1610-an yang arti harfiahnya “membawa’ atau mengangkut sesuatu atau seseorang  di dalam sebuah coach (alat transport), yang memiliki arti aplikatif, misalnya dalam mempersiapkan seseorang untuk menghadapi ujian. Seorang mahasiswa yang akan menyelesaikan studi kesarjanaannya, harus membuat skripsi. Proses pmbuatan skripsi didampingi oleh dosen pembimbing (coach) yang mengantar mahasiswa tersebut untuk memperoleh gelar sarjana. Coaching dipakai untuk pertama kalinya sekitar tahun 1830 yang menunjuk kepada seorang instruktur atau pelatih.
Pada tahun 1974-an di Amerika Serikat istilah”coach” di gunakan di dunia olahraga, yang artinya adalah”pelatih”, yang diperkenalkan oleh seorang pelatih tenis terkenal bernama Timothy Gallway.menurut Galway , kalah atau menang sang pemain tenis dalam sebuah kejuaraan tergantungpada mental dalam diri si pemain.  Pemikiran Gallway memengaruhi  publik Amerika Serikat sampai pada dunia pendidikan.Gallway berhasil menunujukan suatu metode  coaching yang sangat komprehensif yang ternyata dapatditerapkan kebanyak situasi , hingga akhirnya membawa beliau menyampaikan metodologinya itu kebanyak  pemimpin di dunia bisnis. Sepertinya momentum itulah yang disebut sebagai cikal bakal  coaching diaplikasikan  ke ranah lain selain ranah olahraga.
Coaching terus berkembang , pada 1988 Thomas Leonard mulai mengajarkursus tentang mendesain kehidupan dan berhasil memulai sebuah lembaga yang bernama College for life Planning. Leonard  adalah seorang pemikir, analis ulung dan pengembang coaching sebagai sebuah disiplin ilmu yang didasarkan pada teori-teori. Pada 1994 leonard membentuk  International Coach Federation(ICF) yang dikemudian hari berkembang menjadi sebuah lembaga asosiasi yang memayungi para coach profesional di seluruh dunia.
Menurut International Coach Federation “Coaching is partnering with clients in a thought provoking  and creative process that inspires them to maximize their personal and professional potential”. Coaching sebagai bentuk kemitraan bersama clien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran secara  kreatif. Menurut beberapa sumber, maka makna  yang terungkap dari coaching sesuai definisi ICW dapat ditekankan dalam 3 hal:
1.      Kemitraan.  Hal ini berarti bahwa proses coachig berdasarkan hubungan kesetaraanantara seorang coach dan coachee. Kesetaraan ini berarti tidak ada pihak yang otoritasnya lebih tinggi. Berdasarkan prinsip kemitraan dan kesetaraan , maka coach berfokus pada tujuan dan mendukug  coachee agar dapat mencapai hasil yang lebih baik dibandingkan  coachee melakukan proses eksplorasi sendiri.
2.      Memberdayakan.  Inilah yang membedakan coaching dengan jenis pengembangan pribadi lainnya. Proses memberdayakan pikiran berbeda  dengan instruksi, mengarahkan atau perintah satu arah saja. Memberdayakan  pikiran cenderung dalam bentuk dialog atau tanya jawab antara seorang coach dan coachee yang merangsang proses berpikir mendalam pada diri coahee tersebut. Dari proses memberdayakan pikiran tersebut akan mampu menggali dan menginspirasi coachee menemukan jawaban sendiri yang mungkin mereka tidak sadari sebelumnya.
3.      Optimalisasi. Peran seorang coach bukan hanya memastikan coachee menemukan jawaban  dari masalah atau tantangannya, dan juga memastikan  bagaimana jawaban tersebut dapat diterapkan.
Peterson, dalam bukunya yang berjudul Executive coaching. Menyatakan bahwa coaching  adalah proses melengkapi orang dengan alat-alat, pengetahuan, dan  kesempatan  yang mereka butuhkan untuk mengembangkan diri mereka sendiri dan menjadi lebih efektif.  Coaching  berkaitan dengan membuat sebuah senuah perubahan yang diinginkan untuk mencapai tujuan. Coaching adalah sebuah proses, kekuatan , hubungan  dan strategi yang mendukung seorang individu atau organisasi untuk mencapai tujuannya  melalui proses perubahan.
Thomas G Crane  dalam buku The Heart of Coaching , menekankan sifat  sifat coaching yang transformasional sehingga coaching bisa  dibilang  sebagai suatu seni membantu orang-orang meningkatkan efektifitas mereka dengan  cara  mereka merasa ditolong.
2.        Pengertian Counseling
Counseling diambil dari bahasa latin “Consillium”, artinya dengan atau bersama yang dirangkai dengan “ menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo saxon  istilah counseling berasal dari kata Sellan yang berarti menyerahkan atau menyampaikan. Jadi Counseling  adalah upaya bantuan  yang diberikan seorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman terhadap terhadap individu-individu yang membutuhkannya agar potensi individu  tersebut berkembang secara optimal, mengatasi masalahnya, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah. Counselling membantu clien memecahkan masalah, meningkatkan keefektifan individu dalam pengambilan keputusan secara tepat, membantu pemenuhan kebutuhan konseli, meliputi menghilangkan perasaan yang menekan/mengganggu dan mencapai kesehatan mental yang baik.
Bila dilihat  dari orientasi pembimbingannya , pelayanan konseling sangat bertolak belakang degan Coaching. Coaching berorientasi  ke depan, bagaimana seseorang dibimbing, diarahkan dan diajarkan demi pengembangan drinya. Sedangkan konseling  mengarah kebelakang bagaimana seseorang  yang sedang mengalami masalah masalah mental atau kepribadian dibantu ke arah kesembuhan atau pemulihan. Jadi konseling bersifat terapeutik, sedangkan coaching bersifat developmental.



3.        Teori Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan tidak memiliki sikap menjadi bersikap yang benar, dari tidak terampil menjadi terampil sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan ,. Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya.
Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian kejadian tertentu dalam dunia nyata dinyatakan oleh Mckeachi dalam grendel 1991 : 5 (Hamzah Un, 2006 : 4). Sedangkan Hamzah (2003:26 ) menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat preposisi yang di dalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedure dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Maka dari paparan paparan tersebut, dapat dikatakan bahwa teori belajar adalah : suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa. Perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas.
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respons, namn stimulus dan respons yang dimaksud harus dapat diamati dan dapat diuur. Jadi walapun dia mengakui adanya perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati.
Menurut Skinner, konsep belajar itu itu ada hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku. Stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan memengaruhi respon yang dihasilkan. Respons yang diberikan ini memiliki konsekuensi- konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya memengaruhi munculnya perilaku.
Menurut teori kogitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang selalu dapat terliba dalam tingkah laku yang nampak. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan. Retensi pengolahan informasi, emosi dan aspek aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks.





BAB III
PENGARUH COACHING DAN COUNSELLING TERHADAP EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN
1.        Pengertian Efektifitas
Efektivitas dalam pengertian secara umum adalah : “kemampuan berdaya guna dalam mselaksanakan sesuatu pekerjaan sehingga menghasilkan hasil guna (efisien) yang maksimal”
Memaknai efektivitas setiap orang memberi arti yang berbeda sesuai sudut pandang dan kepentingan masing-masing dalam kamus bahasa indonesia Mulyasa (dalam Mirawaty: 2010: 6) dikemukakan bahwa ; “efektif berarti dan efeknya (akibatnya, pengaruhya dan kesannya) manjur atau mujarab, dapat membawa hasil”, jadi efektivitas adalah adanya keseuaian antara orang yang melakukan tugas, dengan sasaran yang dituju..
Sedangkan Menurut Desy Anwar efek adalah “ akibat pengaruh kesan yang timbul pada pikiran, penonton, pendengar, pembaca, dan sebagainya (sesudah mendengar atau melihat sesuatu) ; Sedangkan efektif (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) Manjur atau mujarab, (tentang efektifitas adalah ukuran berhasil tidaknya pencapaian tujuan suatu program obat) dapat membawa hasil, berhasil guna (tentang usaha, tindakan) hal ini berlakunya (tentang undang-undang, peraturan)”. (dalam : Wiwi Irjanty Kentjil : 2010 : 8).

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian tentang efektivitas adalah serangkaian tugas-tugas yang dilakukan orang-orang untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah dietapkan sebelumnya dalam suatu organisasi.
1.1.   Ciri – ciri Efektifitas Pembelajaran
Ciri-Ciri Efekivitas Pembelajaran Menurut Harry Firman (dalam skripsi Wiwi Irjanty Kentjil: 2010: 9) keefektifan program pembelajaran di tandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a.     Berhasil menghantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah di tetapkan.
b.    Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional.
c.     Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa program pembelajaran yang baik adalah bagaimana guru mampu menjadi coaching dan  counselling  yang berhasil menghantarkan anak didiknya untuk mendapatkan pengetahuan dan memberikan pengalaman belajar yang atraktif dalam mencapai prestasi belajar.
Berdasarkan ciri pembelajaran efektif seperti yang digambarkan di atas, keefektifan program pembelajaran tidak hanya ditinjau dari tingkat prestasi belajar. melainkan harus pula ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang. Aspek hasil meliputi tinjauan terhadap hasil belajar siswa setelah mengikuti program pembelajaran yang mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan fsikomotorik. Aspek proses meliputi pengamatan terhadap keterampilan siswa, motivasi, respon, kerjasama, partisipasi aktif, tingkat kesulitan pada penggunaan media, waktu serta teknik pemecahan masalah yang ditempuh siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung aspek sarana penunjang meliputi tinjauan-tinjauan terhadap fasilitas fisik dan bahan serta sumber yang diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar seperti ruang kelas, laboratorium, media pembelajaran dan buku-buku teks.
1.2.   Kriteria Efektifitas Pembelajaran
Efektifitas metode pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Kriteria keefektifan dalam penelitian ini mengacu pada:
a.    Ketentuan belajar pembelajaran dapat di katakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah 0% siswa telah memperoleh nilai: 60 peningkatan hasil belajar.
b.    Model pembelajaran di katakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa menunjukan perbedaan yang signifikan antara pemahaman setelah pembelajaran.
c.    Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.
1.3.   Faktor – Faktor Mempengaruhi Efektifitas Belajar
Menurut Winarno Surahmad (dalamm Abdul Rahmat : 91) mengatakan kurikulum adalah suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi kurikulum merupakan pedoman dalam kegiatan belajar mengajar.
1.3.1.      Strategi dan Metode Pembelajaran
Kemp (dalam Wina Sanjaya: 187) menjelaskan, bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat diatas, Dick and Carey (dalam Wina Sanjaya: 187) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untum menimbulkan hasil belajar siswa.
Menurut Wina Sanjaya (2008: 61) Strategi adalah : “rancangan serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan terntentu” ; sedangkan metode adalah “cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi”. Joyce dan Weil (dalam Abdul Rahmat: 129) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah : “suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain”. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk merancang tujuan pendidikannya.
Menurut Djamarah (2006: 46) metode adalah “suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Tetapi juga penggunaan metode yang bervariasi tidak akan mengguntungkan kegiatan belajar mengajar bila penggunaanya tidak tepat dan sesuai dengan situasi yang mendukungnya dan dengan kondisi psikologis anak didik.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan dalam kegiatan belajar mengajar strategi dan metode adalah hal yang diperhatikan, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.
1.3.2. Materi Pembelajaran
Salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan adalah kemampuan dan keberhasilan guru dalam merancang materi pembelajaran. Materi pembelajaran pada hakikatnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari silabus, yakni perencanaan, prediksi, dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran.
Materi pembelajaran hendaknaya dipilih seoptimal mungin untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran adalah jenis pembelajaran, cakupan urutan dan perlakuan (treatment) terhadap pembelajaran tersebut.
Menurut Wina Sanjaya (2008: 141) bahan atau materi pelajaran (learning materialis) adalah ”segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan pendidikan”. Sedangkan materi pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam proses pembelajaran, bahkan dalam pengajaran yang berpusat pada materi pelajaran (subjetcented teacing); Wina Sanjaya (2008: 141), materi pembelajaran merupakan inti dari kegiatan.
1.3.3.      Media Pembeajaran
Media pembelajaran yang dalam efektifitas, pembelajaran harus memenuhi bebeberapa syarat. Media pembelajaran harus meningkatkan motivasi pembelajar selain itu juga harus merangsang pembelajaran mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan baru, media yang baik juga akan mengaktifkan pembelajar dalam mmberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong siswa melakukan praktek-praktek yang benar selama proses belajar mengajar berlangsung. Rossi dan Breidle mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah :
“seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Menurut Rossi, alat-alat semacam radio dan televisi kalau digunakan dan diprogramkan untuk pendidikan, maka merupakan media pembelajaran”. (dalam Wina Sanjaya : 204). Menurut Gerlach ( dalam : Wina Sanjaya: 204).
Menurut Gerlach ( dalam : Wina Sanjaya: 204) secara umum media itu meliputi ; “orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap”. Pada pengertian ini media bukan hanya alat perantara seperti tv, radio, slide, bahan cetakan, akan tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar atau juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, karyawisata, simulasi dan lain sebagainya yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap atau untuk menambah keterampilan.
1.4.   Evaluasi Pembelajaran
Pada perencanaan dan desain sistem instruksional atau pembelajaran, rancangan evaluasi merupakan hal yang sangat penting dikembangkan. Hal ini disebabkan melalui evaluasi yang tepat, kita dapat menentukan efektifitas program dan keberhasilan siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran, sehingga informasi dari kegiatan evaluasi seorang desainer pembelajaran dapat mengambil keputusan apakah program pembelajaran yang dirancangnya perlu diperbaiki atau tidak, bagian-bagian mana yang dianggap memiliki kelemahan sehingga perlu diperbaiki.

Guba dan Lincoln mendefinisikan evaluasi itu merupakan ; “suatu proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dari arti sesuatu yang dipertimbangkan (evalution)’. “sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa berupa orang, benda, kegiatan, keadaan, atau sesuatu kesatuan tertentu”. Sedangkan Rostiyah (dalam Djamarah: 50) mengatakan bahwa evaluasi adalah : “kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar”.
1.5.   Gaya Mengajar Guru
Menurut Djamarah (dalam Wiwi Irsanty Ketjil : 2010: 15) guru adalah “ salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan”. Pada proses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar atau pendidik. “sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran kedalam otak anak didik, sedankan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dengan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri.
Menurut Abdul Rahmat (2011: 67) peran Guru : Guru mempunyai fungsi dan peran yang jauh berbeda dari fungsi dan peran seorang guru sebagaimana yang dipahami orang saat ini ; Guru bukanlah pengajar yang menuangkan ilmu pengetahauan, ajaran-ajaran, perintah atau pengarahan kepada peserta, melainkan fungsi utama peran guru adalah menfasilitasi berlangsungnya proses belajar yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan dirinya, pengetahunnya, pemahamannya, perilakunya serta keterampilan-keterampilan yang dikuasainya.
Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri siswa, agar proses belajar mengarah pada tercapainya tujuan dan kurikulum maka guru harus merencanakan dengan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan apa yang diharapkan, aktivitas guru untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal disebut kegiatan kegiatan pembelajaran.
Guru bertugas membantu orang belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan mudah, artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai strategi pembelajaran yang ada dan paling memungkinkan agar proses belajar siswa berlangsung optimal.
2.        Coaching dan  Counselling Dalam Pembelajaran
Coaching atau pelatihan adalah sebuah proses membimbing atau bimbingan yang diberikan kepada guru yang bertujuan untuk melatih dan membantu siswa untuk mengatasi hambatan – hambatan dalam mencapai prestasi belajar. Salah satu tujuan dilakukannya coaching dan counselling adalah untuk membantu siswa dalam mengatasai kesulitan didalam melakukan tugas dalam belajar yang tidak mencapai standart prestasi, meningkatkan keahlian atau ketrampilan tertentu didalam belajar.

Dalam coachingguru memiliki peran sebagai coach. Sebagai coach, guru memiliki beberapa peranan, antara lain :
§  Menciptakan lingkungan belajar yang nyaman sehingga siswa dapat melihat dengan jelas dirinya sendiri.
Caranya adalah dengan mendengarkan, bertanya, merefleksikan kembali, memberikan tantangan dan membekali siswa.
§  Mengidentifikasi jarak antara kemampuan siswa saat ini dengan apa yang diharapakan.
§  Membantu siswa dalam membuat perencanaan dan tindakan untuk menghilangkan jarak yang ada.
§     Memahami dan mengantisipasi hambatan yang ada.
§     Memberikan dukungan untuk memastikan semua berjalan.
Untuk melaksanakan peran tersebut sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, maka sorang guru harus memiliki beberapa kemampuan yang dibutuhkan dalam melakukan coaching. Kemampuan tersebut antara lain :
·         Kemampuan guru untuk melakukan observasi terhadap persoalan siswa
·         Keahlian guru untuk mendukung, mengatur seluruh siswa
·         Keahlian untuk menyimak
·         Keahlian pemimpin untuk berkomunikasi dengan anggota team
·         Mempunyai rasa emphati yang kuat
·         Guru harus mempunyai kesabaran
·         Guru tanpa menghakimi

Conceling merupakan suatu hubungan dimana sedikitnya satu pihak yang terkait memiliki tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan, perkembangan, kedewasaan, dan peningkatan fungsi serta kemapuan untuk menghadapi hidup yang lebih baik. Konseling berhubungan dengan masalah-masalah pribadi, sosial, vokasional dan edukasi.
Konseling merupakan suatu proses dimana klien belajar bagaimana membuat keputusan dan memformulasikan cara baru untuk bertingkahlaku, merasa, dan berpikir. Salah satu tokoh yang terkenal dalam konseling adalah Carl Rogers. Dalam bukunya yang berjudul Counceling and Psychotherapy, ia mengemukakan pendekatan yang disebut sebagai nondirective. Dalam pendekatan ini, peran konselor dalam hal ini guru adalah nonjudmental, accepting, dan menjadi cermin yang merefleksikan manifestasi aspek verbal dan emosional yang disampaikan oleh siswa.
Untuk mengatasi masalah masalah yang muncul dalam proses pembelajaran tersebut, baik yang disebabkan oleh faktor instrinsik dan ekstrinsik perlu adanya sebuah coaching dan conselling dalam pembelajaran. Coaching dan conselling diperlukan untuk membimbing dan melatih siswa siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Coaching dan conselling dilakukan oleh guru kepada siswa.
Dari pengertian  coaching dan Counceling  yang telah diuraikan diatas, maka dapatlah kita menarik suatu kesimpulan bahwa coaching dan counceling bagian dari upaya mendorong, membimbing, memotivasi, membantu siswa  dalam meningkatkan prestasi siswa



BAB IV
KESIMPULAN DAN PENUTUP
1.      Simpulan
Dalam proses belajar mengajar ada dua komponen penting yang harus ada yaitu yang diajar dan yang mengajar. Yang diajar adalah murid dan yang mengajar adalah guru. Guru memegang kunci penting dalam kesuksesan program belajar siswa. Karena guru adalah sebagai agen pembelajaran.
Guru yang baik harus bisa mengatasi masalah masalah yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar siswa. Untuk mengatasi masalah yang muncul dalam proses pembelajaran.
Coaching dan counselling dilakukan untuk membantu siswa dalam mengatasai kesulitan didalam melakukan tugas dalam belajar yang tidak mencapai standart prestasi, meningkatkan keahlian atau ketrampilan tertentu di dalam belajar. Coaching dan conselling diperlukan untuk membimbing dan melatih siswa siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar
Dalam coaching  guru memiliki peran sebagai coach antara lain :
§   Menciptakan lingkungan belajar yang nyaman
§   Mengidentifikasi jarak antara kemampuan siswa saat ini dengan apa yang diharapakan.
§   Membantu siswa dalam membuat perencanaan dan tindakan untuk menghilangkan jarak yang ada.
§   Memahami dan mengantisipasi hambatan yang ada.
§   Memberikan dukungan untuk memastikan semua berjalan.
Disamping memiliki peranan penting guru juga harus memiliki kemampuan  dalam melakukan coaching antara lain :
·         Kemampuan guru untuk melakukan observasi terhadap persoalan siswa
·         Keahlian guru untuk mendukung, mengatur seluruh siswa
·         Keahlian untuk menyimak
·         Keahlian pemimpin untuk berkomunikasi dengan anggota team
·         Mempunyai rasa emphati yang kuat
·         Guru harus mempunyai kesabaran
·         Guru tanpa menghakimi
            Counseling  adalah upaya bantuan  yang diberikan seorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman terhadap terhadap individu-individu yang membutuhkannya agar potensi individu  tersebut berkembang secara optimal, mengatasi masalahnya, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah.
            Counseling merupakan suatu proses klien belajar bagaimana membuat keputusan dan memformulasikan cara baru untuk bertingkahlaku, merasa, dan berpikir. Coaching dan counselling diperlukan untuk membimbing dan melatih siswa siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
            Pengaruh Coaching dan  Counselling terhadap efektifitas pembelajaran terbukti positif, artinya ada perubahan efektifitas pembelajaran yang meningkat setelah diterapkan nya strategi couching dan counselling ini yaitu di tandai dengan meninkatnya motivasi dan konsentrasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Dampak dari peningkatan efektifitas pembelajaran berbanding lurus dengan   meningkatnya prestasi belajar pada siswa. Maka dapat disimpulkan bahwa startegi couching dan counselling terbukti meningkatkan efektifitas dan prestasi siswa.
2.      Penututup
            Untuk mengatasi masalah masalah yang muncul dalam proses pembelajaran, meningkatkan efektifitas dan prestasi siswa dalam pembelajaran diperlukan strategi yang mumpuni karena tiap siswa memiliki karakter yang berbeda dalam belajar. Coaching dan counselling diperlukan untuk membimbing dan melatih siswa siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Dan terbukti strategi couching dan counselling dapat meningkatkan efektifitas dan prestasi belajar siswa baik akademik maupun non akademik.









DAFTAR PUSTAKA

Pramudianto. I’M A COACH. Yogyakarta: Andi
Rogers, Dave. 2008. Awesome Coaching. Jakarta: PT BPK Gunug Mulia
Asrori, Mohammad. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima
Winkel, W.S.  PSIKOLOGI PENGAJARAN.
Yogyakarta: Rasindo
Haklim. Lukmanul. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : CV. Wacana Prima