Kamis, 07 Februari 2013

Penyebab Terjadinya Suka dengan Sesama Jenis yang Terjadi pada Buruh Perusahaan di Sukabumi

Waspadai Fenomena Suka Sesama Jenis (Homoseks)
Oleh : Ajat Zatnika 
 
Suka sesama jenis (Homoseks), merupakan hal yang tidak asing lagi terdengar di telinga masyarakat. Fenomena suka sesama jenis ini bisa dianggap sebagai kelainan dan bisa dianggap sebagai tren. Ada dua istilah terhadap orang yang mempunyai kecenderungan seperti ini. “Lesbian dan Gay” menjadi istilah yang terkenal di lingkungan masyarakat. Namun berbicara faktor, ada beberapa faktor yang bisa menyebakan seseorang menyukai sesama jenis, diantaranya :
1). Faktor Lingkungan, pengaruh seseorang yang dari kecil sudah diperlakukan tidak sesuai dengan kodratnya (misal perempuan diperlakukan seperti laki-laki) oleh orang tua, kerabat, tetangga dll maka kecenderungan ini akan tertanam sampai akhirnya bisa menyukai sesama jenis.
2). Faktor Pergaulan & Traumatik, karena putus cinta dengan kekasihnya sehingga seorang perempuan muncul rasa benci kepada laki-laki dan bertemu dengan perempuan atau komunitas lesbi yg merasa bisa melindungi dan menyayangi. Yang akhirnya tumbuh rasa suka antara keduanya, atau munculnya kebencian dari seorang anak perempuan terhadap laki-laki (traumatik) disebabkan sikap seorang ayah yang sadis dan jahat (KDRT) yang akhirnya mencari perlindungan kepada sesama perempuan yang kemudian saling mencintai. 
3). Faktor Biologis, karena pengalaman seks pertama, akibat kasus sodomi yang akhirnya menyebabkan bahwa seseorang hanya mengenal seks dan merasakan kenikmatan seksualitas hanya dengan sesama jenis.
4). Faktor Agama, seseorang yang lemah dalam memahami agama, akan merasa bahwa segala sesuatu yang dilakukan tidak dianggap dosa, menyukai sesama jenis dan melakukan hubungan seksualitas merupakan bagian kebutuhan yang dianggap tidak terkait dengan dosa. Selain itu ada juga faktor x yang akhirnya bisa suka sesama jenis, misalnya ingin merasakan sesuatu yang berbeda, atau karena secara emosional, komunikasi dan verbal yg sudah nyambung dll. Terkait kasus yang terjadi diperusahaan yang ada di Sukabumi, bisa saja “Lesbian atau Gay” terjadi karena kejenuhan terhadap rutinitas aktivitas keseharian sebagai buruh, dan dilokasi tempat bekerja yang ditemui hanya sesama jenis yang selama ini selalu menjalin komunikasi dengan baik dan kedekatan emosional yang harmonis, yang akhirnya muncul hasrat untuk menyalurkan kebutuhan biologisnya kepada sesama jenis.

Informasi Publik Belum Transparan

CIKOLE – Undang-undang 24 tahun 2008 terkait keterbukaan informasi publik, nampaknya belum bisa diterapkan di Kota Sukabumi. Pasalnya, dokumen-dokumen seperti APBD masih sulit dan susah untuk diketahui masyarakat. Hal ini yang dikatakan Direktur Program Forum Indonesia Untuk Transfaransi Anggaran (FITRA) Sukabumi, Ajat Zatnika.
Menurutnya, dokumen negara tersebut seharusnya diketahui oleh masyarakat secara luas. “Sampai saat ini, belum ada kegiatan yang membahas tentang anggaran di Kota Sukabumi,” ujar Ajat kepada Radar Sukabumi.
Selain informasi, masalah dokumen juga seolah tak ada yang boleh mengetahui kecuali eksekutif dan legislatif saja. Padahal dalam amanat UU semua masyarakat boleh mengetahui isi dari dokumen yang selama ini seolah tertutup. “Anggaran yang ada kan berasal dari masyarakat, jadi seharusnya mereka tahu dikemanakan saja anggarannya selama ini,” lanjutnya.
Begitu juga dalam proses penyusunan anggaran. Keterlibatan masyarakat masih dibatasi. Padahal, Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) selalu dilakukan. Tapi, kebutuhan masyrakat yang ril selalu tersisih oleh kepentingan politis. “Buat apa ada Musrenbang kalau memang ajuan dari masyrakat selalu sulit. Ini yang sampai saat ini terus kita dorong agar apa yang diajukan masyarakat bisa terealiasi,” pungkasnya.
Untuk itulah, FIRTA Sukabumi terus konsen untuk memberikan pengetahuan dan pendampingan dalam masalah perencanaan dan penganggaran baik di Kota sukabumi maupun Kabupaten Sukabumi. Tujuannya, agar masyarakat mengetahui sebenarnya seperti apa proses perencaan dan penganggaran dan bagaimana bisa melakukan pengajuan program. “Kalau boleh jujur, jarang ada masyarakat yang terlibat secara langsung dalam Musrenbang. Malahan, dari hasil investigasi kita masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui apa itu musrenbang,” cetus Ajat.(nur)
Sumber diperoleh dari : http://www.spdi.eu/tag/cikole/